Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, membuka peluang kerja sama hilirisasi industri dan Energi Baru Terbarukan (EBT) di Tanah Air dengan perusahaan perusahaan asal Jerman. Dalam kunjungannya ke Jerman, Menperin sempat mendatangi Ecogreen Oleochemicals yang merupakan industri produsen fatty acid dan produk produk lain hasil hilirisasi kelapa sawit. Produk produk yang dihasilkan melalui teknologi mutakhir dari perusahaan tersebut digunakan oleh industri lain sebagai bahan baku untuk produk deterjen, komponen perawatan kulit dan kosmetik, bahan kimia pertanian, industri tekstil, industri percetakan, industri makanan dan obat obatan.
"Hilirisasi mampu meningkatkan nilai tambah komoditas kelapa sawit. Kami melihat teknologi yang digunakan oleh Ecogreen Oleochemical dapat mendukung hilirisasi industri di Indonesia. Karenanya kami berdialog dengan Ecogreen Oleochemical untuk membuka peluang tersebut," tutur Agus, Sabtu (28/5/2022). Sejalan dengan fokus Pertemuan Tahunan World Economic Forum 2022 mengenai EBT, Menperin melakukan pertemuan dengan APUS Group, yang memiliki inisiatif APUS Zero Emission. Sebagai agensi desain European Aviation Safety Agency (EASA), APUS Group meneliti bagaimana hidrogen dapat digunakan secara aman dan ekonomis.
"Hasil penelitian dan pengalaman dari berbagai proyek dan kerja sama diterapkan dalam produk APUS i 2 dan APUS i 5 untuk membangun pesawat hybrid listrik sel bahan bakar hidrogen dengan kinerja yang sangat baik," jelas Menperin. Hidrogen merupakan sumber energi alternatif untuk bahan bakar yang bisa diterapkan bagi sektor industri, transportasi, pembangkit listrik, tenaga portabel dan sektor lainnya. Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian mulai menginisiasi penerapan pemanfaatan hidrogen di Indonesia, baik sebagai sumber tenaga pembangkit listrik maupun sebagai bahan bakar untuk moda transportasi darat, udara dan laut.
"Hidrogen sebagai pengganti energi fosil saat ini masih dikembangkan di sektor pembangkit listrik. Kini, teknologinya merupakan hybrid dengan kombinasi hidrogen dan gas alam (grey hydrogen), yang masih menghasilkan emisi karbon. Kami berharap untuk dapat memasukkan hidrogen biru pada tahap berikutnya," ujar Menperin.